Sabtu, 13 Juni 2009

KIAI AS'AD SAMSUL ARIFIN

BIODATA

Nama : K.H. Raden As'ad Syamsul Arifin

Lahir : Mekkah, Arab Saudi, 1897

Agama : Islam

Istri : Zubaidah

Anak : Lima Orang

Pendidikan :

  • Sekolah Madrasah di Mekkah
  • Pondok Pesantren Tetango, Pamekasan, Madura
  • Pondok Pesantren K.H.M. Cholil di Bangkalan, Madura
  • Pesantren Buduran di Sidoarjo
  • Pesantren Selogiri di Pasuruan
  • Pesantren Tebuireng di Jombang
  • Pengajian di Masjidil Haram, Mekkah

Karir :

  • Pemimpin Sabilillah di Jawa Timur (1948-1950)
  • Anggota Dewan Konstituante (1957-1959)
  • Penasihat Majelis Ulama Jawa Timur
  • Pimpinan Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah di Sukorejo
  • Ketua Majelis Mustasyar (Penasihat) PB Nahdatul Ulama

BIOGRAFI

Kiai As'ad adalah seorang di antara sedikit ulama yang sanggup menjembatani jika ada "ketegangan" antara pemerintah dan umat Islam, khususnya dari golongan Nahdatul Ulama (NU). Ketika terjadi masalah mengenai buku PMP tahun 1982, tanpa banyak bicara, Kiai As'ad segera menemui Soeharto untuk menunjukkan beberapa hal yang mestinya dikoreksi. Tidak berapa lama kemudian, masih di tahun itu juga, buku itu akhirnya disempurnakan.

Kiai As'ad sudah belasan kali ke Mekkah, tempat ia dilahirkan. Ia juga panutan utama NU. Ia yang langsung bicara pada Presiden Soeharto, ketika organisasi tersebut menerima asas tunggal Pancasila.

Menginjak usia 11 tahun, Kiai As'ad diajak oleh ayahnya menyeberang dari Madura ke Jawa, untuk membuka lahan hutan di sebelah timur Asem Bagus, Jawa Timur. Setelah berjuang selama enam tahun, dibantu beberapa pengikut, akhirnya di tempat itu didirikan sebuah pesantren dan kawasan untuk bercocok tanam yang kemudian bernama Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah, Desa Sukorejo.

As'ad berusia 16 tahun ketika oleh ayahnya dikirim untuk mendalami ilmu agama ke Mekkah bersama adiknya, Abdurrahman (yang di kemudian hari, setelah dewasa, meninggal di Arab Saudi). Hanya tiga tahun di sana, ia kembali ke Indonesia, dan tetap meneruskan belajar di berbagai pondok. Selama di beberapa pesantren itu, bukan hanya agama yang ia tekuni, tetapi juga ilmu silat dan ilmu kanuragan (kekuatan fisik). Pada masa Revolusi Kemerdekaan, ia sanggup memimpin barisan Hisbullah Sabilillah untuk melawan penjajah.

Kiai As'ad yang pernah menjadi anggota Konstituante (1957-1959), masih memimpin pesantrennya yang terletak di atas tanah 7 hektar dengan jumlah santri 5.000-an orang. Meskipun demikian, beberapa urusan sudah ia delegasikan kepada K. Dhofir Munawwar, suami anaknya yang pertama. Kiai As'ad menikah pada tahun 1939 dengan gadis asal Madura bernama Zubaidah dan mempunyai lima orang anak. Satu-satunya anak lelakinya yang akan meneruskan kepemimpinan pesantren, adalah Ahmad Fawaid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar